Thursday, December 22, 2011


Ada yang salah dengan semua ini...
harusnya bisa mengerti dan dimengerti...
memang aku yang bodoh, karena aku tak mampu untuk memulai..
terlalu takut untuk melangkah....

Tapi itu memang benar adanya, aku memang tak bisa lagi mencintai siapapun karena rasa sakit itu...
aku tak bisa membuat orang lain ada disisi ku bukan sebagai teman atau sahabat...
aku memang pecundang yang tak ingin mengambil resiko...
aku hanya ingin berjalan disisi yang aman, itu juga benar...
dan itu semua karena rasa sakit itu...

Maaf, aku jadi begini...

Sumber: Rizky Ananda (CHiqueen'cy Sunny Ice)

Tuesday, December 20, 2011

*** Kane Of Heart......!!!

Dia Cantik dan Polos…^_^ Peri Kecil Yang Bersinar~~~ “Perasaan apa ini?! Begitu sesak dan menyiksa. Apa ini yang mereka sebut “CINTA” ?! Apa mungkin?! Tapi dia kan kakak ku?! Dunia ini g’ adil, kenapa semua keberuntungan selalu jatuh pada cowok yang tak mungkin untuk ku raih, cowok yang bikin aku kesal karena senyumnya seperti anak-anak yang tak berdosa. Aku suka dia, sangat suka… aku sangat menyukai kakak!!!”. Salam kenal, aku Yamada Miku, cewek 16 tahun yang disibukkan dengan aktifitas ku sebagai pelajar dan entertaint. Teman satu management ku adalah Kashima Yuka, dia adalah sahabat baik ku. “Miku?! Miku?!” sapa Yuka, sahabat baik ku. “Yuka?! Ada apa?!” balas ku. “Nih liat!! Aku dapat sms dari manager, siang ini kita ada pemotretan dadakan. Hp kamu mati?!” “Ya, Hp aku lowbat makanya aku matikan saja. Ya udah kita langsung cabut kesana aja yuk?! Udah g’ ada study kan?!” “Nggak sih.” “Ya udah. Ayo!! Ntar keburu sore.” “Yuk!!” Sementara kami dalam perjalanan, dilokasi syuting sudah penuh dengan para fans Hoshino Ouji, 18 tahun, cowok yang sangat keren (menurut fans dia ). Ou-chan begitulah sapaan akrabnya, dia sering ribut dengan ku, dan yang ada disana bukan cuma Ou-chan, cowok yang super nyebelin itu tapi juga ada Saotome Rin, 17 tahun, pacar Ouji, cewek ini yang benar-benar menganggap ku sebagai pengganggu terbesar dalam hubungan cintanya dengan Ou-chan so itu artinya kami juga musuhan. “Aduh Miku, Yuka, kenapa datangnya telat sih?!” ujar manager kami. “Maaf, tadi kami masih ada kelas jadi sedikit terlambat, maaf ya manager?” ujar ku memberi penjelasan. “Ya sudah, cepat keruang ganti, kalian harus siap-siap!” “(serentak) Baik!!”” Saat kami menuju ruang ganti, tiba-tiba langkah ku terhenti. Seperti melihat sesuatu yang berbeda, indah, dan berkilau (\*_*/), dan kemudian aku tersentak kaget saat Yuka menarik tangan ku. Disisi lain Ou-chan hanya bisa tersenyum manis didepan kamera tanpa menyadari aku yang memandanginya dengan penuh kagum. “Masih bisa ngelamunin Ou-chan? Waktu kita tu udah mepet Miku, ayo buruan!!!” desak Yuka. “hah!!!…, Yuka-chan? Apa-apaan sih?” jawab ku sedikit terkejut. “bagusnya g’ usah diharapkan betul, kamu kan tau kalau dia udah punya pacar.” Jawab Yuka. “g’ ada yang ngarepin jadi pacar dia.” balas ku jutek. Setelah beberapa saat kami bersiap-siap dengan costum dan make up yang berkesan natural itu, dimulailah pekerjaan yang mengharuskan kami berpose didepan kamera. Sinar light kamera pun menyambar berkali-kali. Hingga pemotretan berlanjut pada pengambilan gambar yang mengharuskan aku dan Hoshino mengenakan costum Prince & Snow white. Mereka bilang kami terlihat serasi, ya benar, tapi hanya di costumnya doank. “Yap… pemotretan selesai !!!” Sorak Yamada Minami, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak laki-laki ku, cowok 18 tahun dengan talent sebagai photographer, dan hasil gambar tak kalah dari sang ahli. “Kane…” bisik Hoshino sembari berjalan keruang gantinya, spontan saja wajah ku merah dan langsung lari keruang ganti. “Miku, kamu kenapa? Wajah mu kok merah gitu?” tanya Yuka. “Aku… aku… g’ apa-apa kok Yuka, aku cuma… (-_-;) ” suara ku terdengar gugup dan terbata, kata-kata ku terputus saat kak Minami, mengetuk pintu. “Miku?! Apa kamu ada didalam?” ujar kak Minami. “Ya… Kakak ada apa?!” sahut ku. “Ayah, ibu, dan kakek menunggu kita dirumah, malam ini kita akan makan malam bersama. Aku menunggu mu di mobil. Setelah menyampaikan pesan itu kakak langsung berjalan menuju mobil, dan disana dia menunggu adik perempuan kesayangannya yaitu aku, selesai mengganti pakaian. Tak berapa lama kemudian aku datang sendirian karena rumah Yuka berlawanan arah dengan rumah ku jadi kami harus berpisah dilokasi syuting. Dalam perjalanan menuju rumah, kakak banyak melayangkan berbagai macam pertanyaan pada ku (tepatnya di introgasi T_T). Pertanyaan itu takkan berhenti ditanyakan sebelum aku bisa menjawabnya dengan jujur. Dan memang benar bahwa teman curhat ku satu-satunya hanyalah kak Minami (Yuka juga, tapi sekali-sekali aja). “Miku, kakak ingin menanyakan satu pertanyaan pertama sekaligus terakhir pada mu.” Nadanya terdengar serius. “Apa?! Aku akan menjawab kalau pertanyaan kakak itu bukan pertanyaan yang aneh-aneh.” Jawab ku. “Kakak hanya menanyakan satu kali saja, dan seperti biasa tidak ada yang ditutup-tutupi, mengerti kan?!” “Ya, aku mengerti.” “Miku, sekarang umur mu sudah 16 tahun kan, dan 2 bulan lagi akan memasuki usia 17 tahun. Apa Miku sudah mempunyai pacar?!” tanya kakak. Tentu saja pertanyaan itu membuat ku sedikit kaget dan deg-deg kan. “Belum sich kak, tapi….” Ucapan ku terputus karena ku akui saat itu wajah ku sudah merah dan aku tau kakak pasti melihatnya. ( Tapi belagak PPB alias pura2 bego padahal PBB alias pasti beneran bego \(^_^)v peace ntu indah kak!!!) “Kenapa tidak katakan saja isi hatimu padanya?” Nasehat menyesatkan tapi membangun dari sang kakak. Namun demikian, aku bukanlah tipe cewek yang mudah mengumbar perasaan suka pada orang lain dan tentunya dikhususkan untuk cowok (sebenernya g’ ada keberanian sich... \(^_^)v peace!!! ) “Padanya? Hoshino? Kalau saja dia bukan orang yang menyebalkan, mungkin aku sudah dekat dengan dia sekarang.” Argumentasi ku seorang dalam hati. Kakak hanya tersenyum melihat ku yang kesusahan untuk bercerita masalah cinta, yaaah!!! inilah wujud sang kakak sebenarnya (like a devil but so care…) “Miku, sekarang kamu harus dengarkan kakak. Memang terkadang setiap orang itu memiliki cara mereka masing-masing untuk mendapatkan perhatian dari orang yang mereka sukai, tapi terkadang sang target tidak mengerti dengan isyarat seperti itu. Kamu tau g’ ?! Saat pemotretan tadi Ouji terlihat tidak konsentrasi saat berada didekatmu, dia terlihat sangat gugup.” Ujar Minami sambil mengelus kepala ku (kayak kucing /(>_<)\ ), dan kemudian kakak kembali bertanya pada ku akan hal yang terjadi dilokasi pemotretan, karna kakak sempat melihat wajah adik tercintanya ini, merah (=_=) (malu banget sich…). “Bukankah tadi dia sempat memuji Miku? Apa yang dia katakan padamu sehingga wajahmu jadi merah? Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa kalian saling bertengkar? Tapi mengapa saat bersama kalian justru tak bisa apa-apa?! Bukankah itu lucu atau lebih tepatnya lagi konyol.” Kakak pun tertawa terbahak seolah membayangkan sepasang manusia konyol sedang berdiri didepannya. (padahal aku adiknya lho!!!) “Kenapa kakak selalu menertawakan hal yang tak ada artinya seperti itu?! Justru kakak yang jadi terlihat konyol. Lagian aku tidak mengatakan bahwa Hoshino adalah orang yang aku sukai? bagaimana kalau orang yang Miku suka adalah kakak?” Begitulah celotehan ku yang membuat wajah kakak merah seketika, dan tak lama setelah itu kami sampai dirumah, tapi ada sebuah mobil didepan rumah yang asing dipandangan Miku, tapi mungkin g’ buat kak Minami. “Kak, ini mobil siapa?!” tanya ku heran sambil menunjuk mobil tersebut. “( menggelengkan kepala ) Aku juga tidak tau, tapi sepertinya aku pernah lihat mobil ini, tapi dimana ya?!” memegang kepala kemudian berbalik arah mengambil kamera dan hasil Photo tadi sore. “Ya sudah lah, kakak kan pikirannya lambat, lebih lambat dari siput, weeeekkk!!!” Ledek ku, kemudian berlari masuk kerumah. Kakak berusaha mengejar ku, tapi akhirnya ketangkep juga didalam rumah. Tapi candaan kami tiba-tiba terhenti begitu melihat seseorang yang duduk bersama kakek, ayah, dan ibu ku adalah orang yang benar-benar kami kenal, dia adalah Hoshino Ouji. “(serentak) Kamu?!!!” ujar ku dan kakak. “Ha…ha…ha… ternyata kalian sudah saling kenal, bagus lah kalau begitu, jadi kakek tidak perlu repot-repot mengenalkan dia pada mu lagi Miku.” Ujar kakek. “kakek? Apa yang…” kemudian aku mengalihkan kalimat itu pada Ouji yang sering ku sapa dengan sebutan Hoshino. (itu marganya, marga = nama keluarga) “Hoshino!! Apa yang kamu lakukan disini ?!” ujar ku sambil memeluk kakek. “Hei kane!! ( kane = lonceng ) nanya yang sopan donk!! Aku kan tamu.” Ujarnya sambil tersenyum. “Apa kamu bilang?! kane?! Nama ku Yamada Miku, dan kamu Hoshino Ouji, jelaskan maksud dan tujuan mu datang kesini, jangan katakana kalau kamu meminta dukungan suara dari kakek!!” Ujar ku dengan suara lantang dan masih tetap dalam keadaan memeluk sang kakek tercinta. ( I Lope You Grandpa (^0^) ) Kakek yang pusing melihat kejadian itu langsung menjadi penengah dan memberikan penjelasan pada ku tentang siapa dan ada perlu apa Ouji datang kerumah kakek. “Sudah-sudah, tidak usah ribut. Haaah! (kakek menghela nafas panjang) Kepala kakek jadi tambah pusing. Miku, ayo duduk disamping kakek.” Ujar kakek menarik tangan ku. “Ayah Ouji, Hoshino Raiga, adalah dokter pribadi kakek sekaligus dokter keluarga kita, dan Ouji diminta ayahnya untuk mengantarkan obat kakek, karena kebetulan rumahnya searah dengan rumah kita jadi dia mampir untuk mengantarkan obatnya. Miku sudah mengerti?!” tanya kakek sambil mengelus kepala ku. ( jujur saja, wajah ku sudah merah lho, kayak mau nangis ) “( berdiri mendadak ) Tapi… tapi kenapa kakek tidak minta tolong pada Miku?! Kakek sering minta tolong pada kakak dan tidak pernah sekalipun minta tolong pada Miku, dan sekarang Kakek minta tolong pada Hoshino yang jelas bukan….” Kata-kata ku terputus saat ayah angkat bicara. “Miku!! Hentikan!! Jangan bersikap seperti anak-anak lagi, umur mu sudah hamper 17 tahun.” Ujar ayah dengan nada tinggi padaku. Aku langsung pergi ke kamar dan mengunci pintu itu agar tak satupun orang bisa masuk untuk melihat wajah sembab ku akibat menangis. Kakak yang melihat kejadian itu mengerti akan kondisi dan sikap ku sehingga aku berbuat seperti itu. Aku memang selalu dimanja oleh kakek karena aku adalah cucu perempuan satu-satunya kakek. Namun aku berpikiran lain, aku berharap bisa berguna untuk kakek yang sangat ku sayangi, sehingga status ku sebagai cucu bukan yang paling dimanja, tapi juga yang bisa berguna untuk kakek. Mengerti dengan situasi saat itu, Minami kemudian menyusul adiknya ke atas untuk menenangkan hati Miku yang sedang kacau total. Sementara itu Ouji yang merasa tidak enak hati karna kejadian itu meminta maaf dan sekaligus berpamitan pada orangtua dan kakek Miku dan beranjak meninggalkan rumah tersebut. “Ayah, ucapan Miku tadi jangan diambil hati. Aku rasa Miku hanya cemburu pada kakaknya yang sudah bisa mandiri.” Ujar ayah ku, Yamada Kosuke, tepatnya ayah tiri ku. Sementara kakek berfikir lain, menurut kakek sikap ku bukan karna cemburu terhadap kakak, tapi kepada pemuda yang bernama Hoshino Ouji tersebut. “Haaah!! Sudahlah, ayah mengerti kenapa Miku jadi begitu, dia bukan orang yang mudah cemburu terhadap kakaknya sendiri. Miku juga cucu ku yang mandiri, hanya saja waktunya lebih banyak dihabiskan bukan bersama orangtuanya tapi bersama kakak dan lokasi syuting. Walaupun ada aku sebagai kakeknya, seharusnya kalian menganggapnya sama seperti Minami, terutama kamu Kosuke. Yaah sudahlah tidak usah dibahas lagi, ayah mau istirahat menjelang makan malam.” Ujar kakek sambil melangkah pergi meninggalkan ayah dan ibu Miku menuju kamarnya untuk beristirahat. Sementara sang kakak mencoba untuk membujuk adiknya agar mau membuka kunci pintu kamar tersebut. “Miku, buka pintunya. Miku…” sahut kakak sambil mengetuk pintu kamar ku berulang-ulang tapi tidak ada jawaban dari ku. Akhirnya kakak memutuskan untuk memberi waktu pada ku agar emosi ku bisa turun dengan sendirinya. “Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.” Pribahasa itu berlaku dalam keluarga Hoshino. Keluarga ini sangat hangat, orangtua dan anak saling terbuka, curhat dan saling bertukar pengalaman. Maka dari itu senyum yang dipancarkan oleh Ouji seperti anak-anak tak berdosa ( lepazzz beban kali yeee… ^_^ ). Berbeda dengan keluarga Yamada, walaupun keluarga ini rukun dan hangat, tetapi antara anak dan orang tua seperti memiliki alam masing-masing, kalau bukan karena kakek mungkin Minami dan Miku entah jadi apa sekarang. Nah sekarang dari keluarga Yamada kita beralih ke keluarga Hoshino. Salam kenal, aku Hoshino Ouji, cowok 18 tahun, sama seperti Miku, aku pelajar sekaligus entertaint. Aku menyukai gadis polos seperti Miku, yang saking polosnya mudah saja buat di usilin. Sore yang melelahkan bagi ku sepulang sekolah dan bekerja, tapi hari ini sedikit terobati karena tadi sempat berkunjung kerumah si kane, alias Yamada Miku. “Aku pulang…” aku masuk memberi salam. “Selamat datang Ou-chan… Hari ini pulang telat lagi ya?! ganti pakaian mu, sebentar lagi kita makan malam.” Sambut ibu ku yang sedang memasak. “kebiasaan!! masakan sering ditinggal, padahal sudah diperingati.” gerutu ku dalam hati. “Baik..” jawab ku sambil menaiki tangga menuju kamar. Begitu selesai ganti pakaian, aku langsung turun dan duduk disamping ayah. “Ayah jika orang yang ayah sayangi didekati orang lain apa yang akan ayah lakukan?” tanya Ouji sambil memegang sebuah buku pr dan sebuah pena. Ayah ku yang mendengar pertanyaan seperti itu tertawa terbahak dan kemudian merangkul bahu ku. Dan di ruang keluarga inilah terjadi percakapan antara ayah dan aku. “Kenapa Ou-chan tiba-tiba bertanya seperti itu? Apa Rin-chan didekati orang lain selain kamu?” “Bukan ayah, harus berapa kali aku jelaskan pada ayah bahwa aku dan Rin-chan tidak ada hubungan apa-apa.” “Iya…iya ayah hanya bercanda. Jika orang yang ayah sayangi didekati orang lain, tentunya ayah akan cemburu. Siapapun yang melihat orang yang disayanginya didekati bisa marah, menangis, cuek, tutup mulut, dan mungkin saja bisa bertengkar dengan si pengacau itu. Memangnya siapa yang sudah kamu dekati?” “Tidak, tidak ada, ayah… aku…, cucu perempuan kakek Yamada bernama Miku, dia polos, ceria, pintar, dan berbakat. Aku… sejujurnya, si kane itu sering membuat ku tak berkutik. Tadi sewaktu ayah memintaku mengantarkan obat kakek, dia datang bersama Minami, baru kali ini aku melihat peri yang polos itu marah, ayah… Dia lucu, tapi sepertinya kesepian.” “Cobalah untuk bersahabat dengannya jika memang benar dia seperti yang kamu pikirkan, dan jangan lagi kamu gunakan julukan seperti itu untuknya.” “Kenapa tidak boleh ayah?!” “Karena siapapun yang diberi julukan yang tidak dia inginkan pasti akan marah.” bisik ayah, kemudian percakapan ayah dan aku terhenti karena Ibu sudah memanggil kami untuk makan malam. “Tapi kane lucu juga untuk anak manis sepertinya.” Ujar ayah sembari berjalan ke meja makan. Kembali ke kediaman keluarga Yamada. Minami kembali mencoba mengetuk pintu dan membujuk adiknya, Miku, berulang-ulang. Namun hasilnya nihil, sama saja seperti tadi sore. Tak ada jawaban apapun dari dalam kamar, tapi Minami cemas karna dari tadi kamar Miku sunyi sekali. Karena cemas dan takut terjadi sesuatu pada Miku, Minami mengambil kesimpulan untuk mendobrak pintu kamar Miku, sementara keluarga yang lain sedang menikmati makan malam mereka. Dugaan Minami memang tepat, dia melihat Miku masih mengenakan seragam sekolah dengan badan gemetar dan panas. Tanpa ambil pusing Minami langsung menggendong Miku turun, anggota keluarga yang melihat keadaan Miku seperti itu langsung terkejut. “ Tidak apa-apa, lanjutkan saja makan malam kalian. Aku akan membawanya kerumah dokter Hoshino, karena cuma rumahnya yang paling dekat dari sini.” Ujar Minami dan kemudian memacu gas mobilnya melaju kerumah dokter Hoshino. Keluarga yang tinggal dirumah tidak bisa melanjutkan acara makan malam itu, mereka menunggu Minami membawa Miku pulang kerumah. Malam itu jam menunjukkan pukul 21:00 waktu setempat, Minami mengetuk pintu rumah Ouji dengan keras. Ouji keluar dan langsung kaget melihat siapa yang datang. “Minami? Apa yang terjadi?” tanya Ouji kaget. Sejurus dia melihat gadis yang digendong Minami, dan langsung membawa mereka masuk kedalam. Sementara ayah Ouji memeriksa keadaan Miku, Ouji dan Minami sibuk berbincang. “Minami, sebenarnya apa yang terjadi pada Miku?” “Entahlah Ouji, sejak sore tadi dia mengunci diri dikamar.” “Maafkan aku, Minami, seharusnya aku tidak…” Minami langsung memotong perkataan Ouji. “Bukan, ini bukan salah kamu, dan juga tidak perlu minta maaf. Ini semua salah ku yang tidak bisa menjaga adik ku dengan baik. Sebenarnya dilokasi syuting tadi badannya sedikit panas. (suasana sempat menjadi hening sejenak) Orangtua ku tidak pernah menganggap Miku mampu melakukan apa yang mereka inginkan karena dia bukan anak kandung keluarga Yamada, mereka menganggap Miku itu lemah dan manja, walaupun Miku sudah berulang kali mencoba untuk memperlihatkan bahwa dia mampu. Seandainya mereka punya waktu sedikit saja untuk melihat keseriusan Miku untuk membuktikan bahwa dia bisa melakukan apa yang diinginkan orangtua ku, mungkin semua akan baik-baik saja. Hanya kakek dan aku yang bisa mengerti bagaimana Miku.” “Dia pucat dan lemah. Peri kecil yang kesepian.” Ujar Ouji kepada Minami. Dan apa yang terjadi ? Minami tiba-tiba diam membisu, dia tak tau harus berkata apa lagi. Malam itu akan menjadi malam yang tak akan pernah terulang lagi, bagaikan nightmare yang benar-benar harus dibuang jauh-jauh. Jaaaaauuuuuuuh. ~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~ To be continue Sumber: Rizky Ananda (CHiqueen'cy Sunny Ice)

Friday, December 16, 2011

Jangan Mendua


Disaat hatimu dihadapkan pda 2 pilihan, tak kan terlihat buruk bagi keduanya...
Namun pantaskah itu untuk kau lakukan? memilih aku atau dia...
Berat memang, karena aku tak ingin jadi satu diantaranya...
Dan aku tau kau tak ingin melepasku atau pun dia...

Dipilih akan merasa tak berharga, memilih akan membingungkan..
dan yang kita dapat hanyalah rasa sakit...

Sejauh apa aku sanggup berlari karena tak ingin...
Dan seberapa sanggup diri mu mengejarku, sementara aku dan dia ada di dua sisi yang berlawanan?

Hentikan semua ini... aku tak ingin kau tersiksa karenanya...
Kau berada di dua jalur yang sama-sama menginginkan mu....
Kau tak harus memilihku...kau bisa bersamanya...
karena aku akan lebih baik sendiri, dari pada harus melihatmu memilih satu diantara dua......

Sumber: Rizky (CHiqueen'cy Sunny Ice)

Thursday, December 15, 2011


Di kala bulan memancarkan sinarnya
Hanya berteman satu bintang di sana
Ku kirimkan seuntai rindu untuk mu
Lewat angin malam yg menyapa ku

Bergetar hati ku dikala itu
Saat kau ucapkan kata cinta untuk ku
Kau bersumpah dan berjanji
Bahwa kau akan setia sampai mati.

Tapi kini kau yg menghianati
Sumpah dan janji mu sendri

Tanyakanlah kasih pada hati mu sendiri
Seandainya Aku yang berbuat begitu pada mu
Mungkin kau akan tau dan merasakan
Betapa sakitnya cinta yang terhianati.

Sumber: Rizky (CHiqueen'cy Sunny Ice )

Popular Posts

Terbaik Untuk Anda