Tuesday, August 30, 2011

Komentar Iblis Tentang Manusia

Sastrawan Nesir, Abdurrahman Syukri, dalam bukunya Hadis Iblis (percakapan iblis), dengan gaya jenaka dan kritis antara lain mengilustrasikan komentar iblis tentang akhlak manusia. Ucap iblis, "Saya menemukan pada binatang-binatang yang tidak berakal, sifat-sifat yang sangat sedikit disandang oleh manusia. Anjing memiliki kesetiaan yang tidak dimiliki oleh manusia. Kuda memiliki cinta kasih yang tidak dicapai puncaknya oleh banuak manusia." "Keledai dan bagal memiliki ketekunan dan kesabaran melebihi apa yang diperagakan manusia. Monyet memiliki kecerdasan dan kemampuan meniru, yang tidak sama dengan manusia." "Hai manusia seandainya kalian mengetahui, pastilah kalian akan mengawinkan putra-putri kalian dengan binarang agar anak-anak kalian dapat mewarisi sifat-sifat terpuji binatang-binatang itu. Kalian tidak usah khawatir wanita-wanita memprotes perkawinan itu. Mereka telah diilhami budi pekerti hewan, karena itu mereka senang menggendong anak-anak anjing dan monyet." 

Gadis Kini dan Gadis Masa Lalu

Gadis masa lalu tidak keluar dari rumahnya sendirian. Dia hidup di antara dinding menanti hari di mana seseorang suami akan menyertainya menuju rumah tangga. Kalau kebetulan gadis itu dari keluarga modern, maka dia diizinkan bersama seorang 'penjaga perempuan' yang dipercaya oleh keluarga guna menyertainya ke rumah sahabat sang gadis atau kerabatnya. Tetapi si penjaga harus selalu siap di sampingnya sampai ia mengembalikan gadis itu ke rumah. Gadis masa kini berontak terhadap penjara yang mengurungnya dan menghancurkan besi yang memagarinya. Dia keluar sendirian menuju dunia bebas untuk membuktikan bahwa dia pantas mendapatkan kebebasan, dan bahwa dia mampu memelihara dirinya dari 'serigala-serigala' yang berkeliaran dalam masyarakat. Kita bertanya, apakah gadis masa kini selamat dari gangguan serigala? Apakah dia mampu memelihara dirinya sebagaimana sipelihara oelh penjaganya kemarin? Dr Robert Thomson pakar sosiologi terbesar di Inggris berkata, "Gadis masa kini gagal menjaga dirinya." Dia menasihati para ibu dan bapak agar kembali pada peraturan lama dan tidak mengizinkan seorang gadis keluar sendirian kecuali dalam penjagaan seorang penjaga perempuan yang terpercaya, atau dalam penjagaan ibu dan bapaknya. Pakar itu berkata, "Penggembala yang mahir pun masih meminta bantuan anjing yang terpercaya untuk menjaga kambing-kambingnya dari serigala. Sungguh satu keluguan bila kita menjaga kambing-kambing kita, tetapi tidak menjaga gadis-gadis kita." Tetapi, apakah nasihat-nasihat di atas dapat dipraktikan? Apakah kondisi keungan orang tua –dewasa ini- memungkinkan untuk menetapkan seorang penjaga bagi setiap gadis? Bisakah kita mengembalikan jarum jam ke belakang? Kalaupun kita mampu 'memenjarakan' gadis, apakah ada jaminan serigala tidak memanjat melalui jendela, atau gadis itu yang turun sembunyi-sembunyi melalui jendela? Â Untuk menghindari banyaknya tabrakan mobil dewasa ini, bukanlah dengan kembali mengendarai unta di jalan-jalan raya! Cara satu-satunya membentengi gadis masa kini dari serigala-serigala adalah mengajar dan mendidik mereka, membuka mata dan memperluas wawasan mereka, dan mendorongnya untuk percaya pada ibunya. Kita harus mengajarnya tentang perbedaan antara kebebasan dan lepas kendali, dan antara cara-cara serigala serta manuver unta dan domba. Ada pun menetapkan panjaga buat para gadis dewasa ini, maka itu adalah upaya lugu yang sia-sia karena dewasa ini mendidik serigala lebih mudah daripada mengurung domba-domba (Ali Amin, Kolom 'Fikrah', Koran al-Akhbar Cairo, 6 Oktober 1959)

TAUBAT SANG IBLIS

Konon, suatu ketika Iblis berkunjung ke pemuka-pemuka agama yang melaknat dan mengutuknya, supaya mereka memberi saran agar taubatnya dapat diterima Allah. Semua pemuka agama tidak mengetahui bagaimana menghadapi permintaannya itu dan apa yang harus mereka lakukan. Karena "jika taubat Iblis diterima, apa jadinya dan bagaimana kesudahan kepercayaan tentang dosa warisan dan jalan keselamatan yang merupakan dampak dari dosa iblis," begitu pikir pendeta Kristen. Rabi yahudi pun tidak berdaya, karena benaknya berkata, "Bila taubat iblis diterima, di mana lagi tempat orang-orang yahudi, yang merupakan bangsa pilihan Tuhan, di antara bangsa-bangsa lain yang disesatkan Iblis?" Imam besar Islam pun tidak berdaya, karena dia khawatir: "kalau taubat iblis diterima bagaimana jadinya perintah bertaawudz/ memohon perlindungan Allah dari setan yang terkutuk?" Mendengar semua itu, iblis berteriak "Eksistensi saya diperlukan untuk wujudnya kebaikan. Jiwa saya yang penuh kedelapan harus terus demikian agar dapat merefleksikan cahaya Ilahi." Ketika iyu – tulis Taufiq al-Hakim (sastrawan Mesir kontemporer) melanjutkan ilustrasinya di atas – Iblis menangis, maka berjatuhanlah meteor-meteor menimpa kepala hamba-hamba Tuhan. Malaikat melarangnya menangis. Iblis dengan putus asa turun ke bumi dan ketika itu keluarlah dari dadanya embusan nafas yang selama ini tertahan, diikuti gemanya secara serentak oleh bintang-bintang dan benda-benda langit memperdengarkan ucapan, "Sayalah sang syahid. Sayalah sang syahid."
***..Semakin kau mencari kesempurnaan...maka semakin sulit kau ntuk menemukannya...!!

Kisah Ketika Iblis Masuk Kesajadah Di masjid

Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap sajadah. "Hai, Blis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu. Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!", jawab Iblis ketus. "Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir. "Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung. "Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu". "Dengan apa?" "Dengan sajadah!" "Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?" "Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!" "Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?" "Bukan itu saja Kiai..." "Lalu?" "Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar" "Untuk apa?" "Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah". Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya. Keduanya masih melakukan sholat sunnah. "Nah, lihat itu Kiai!", Iblis memulai dialog lagi. "Yang mana?" "Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka". Iblis lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas. Pemilik sajadah lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa. Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain. "Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan. 

Popular Posts

Terbaik Untuk Anda